Bukannya mengajar murid-muridnya menjadi anak baik, seorang guru perempuan justru memberi contoh tak senonoh. Betapa tidak dalam kegiatan ekstra kurikuler, si guru justru mempertontonkan tari strip-tease.Tanpa malu-malu guru ‘gendeng’ ini telanjang di hadapan muri2nya yang rata-rata berusia 15 tahun.

‘Pendidikan moral’ ini jelas membuat para orangtua murid ngamuk dan menuntut agar guru cabul itu dipecat.
Guru tersebut mengajar di sebuah sekolah di Zalaegerszeg, Hongaria Barat. Ia digambarkan masih muda dan berparas cantik. Tadinya murid-murid itu mengira akan mendapat pelajaran tambahan, namun ternyata gurunya ‘memberi pelajaran’ berbeda. Dengan bergairah, dia pun mulai melucuti pakaiannya satu persatu, sampai ke pakaian dalamnya.

Yang namanya ABG menyaksikan gurunya nekad telanjang, mereka pun bersorak sorai. Apalagi ketika si guru meliuk-liukan tubuhnya yg aduhai…Untunglah aksi gila si guru cantik tidak keterusan,seorang guru datang dan menghentikan ‘pelajaran tambahan’ itu. Guru tersebut juga buru-buru menutup tubuh si guru binal ini dengan sehelai taplak. “Sungguh menjijikkan!” ujar guru itu marah.

Tapi seorang murid yang shock melihat ulah gurunya, buur-buru mengambil hapenya dan merekam beberapa adegan saat gurunya hanya mengenakan celana dalam, menari-nari penuh gairah.

Video guru binal itupun dengan cepat menyebar ke masyarakat. Maka beranglah para orangtua murid. “Guru jenis apa dia sehingga bisa berlaku seperti itu di hadapan murid-muridnya? Kalau dia mau menari telanjang, pergilah ke bar, jangan di sekolah,” maki para orangtua murid.

Sebenarnya aksi itu berawal dari tantangan beberapa murid apakah dia berani menari striptease. Ternyata guru cantik yang masih berumur 20-an itu, nekad menjawab tantangan muridnya. Dan, dia pun mulai melepaskan bajunya satu persatu kemudian menari. Para murid bersorak sorai, tak percaya mereka seberuntung itu bisa menyaksikan guru cantik itu telanjang.

Usut punya usut, ternyata si guru binal itu adalah cem-ceman (kekasih gelap) sang kepala sekolah. Karenanya, meski para orangtua murid dan guru lain meminta si guru dipecat, kepala sekolah menolak.

“Saya dipaksa untuk memecat guru Jerman itu, namun saya tidak akan memecatnya karena dia merupakan aset berharga bagi lembaga kami,” kata kepala sekolah pada Sandor Rozman.***

Sumbernya klik disini

BANJARNEGARA, SELASA- Perbuatan SS (38), guru SD Negeri Sikumpul 1, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, ini sungguh tidak patut. Beberapa kali pria yang masih membujang ini mencabuli muridnya. Tidak hanya satu orang, tetapi lima orang!

Lebih tidak patut lagi, perbuatan itu dilakukan SS saat para korban yang notabene adalah anak-anak didiknya sendiri itu sedang mengikuti pelajaran tambahan alias les untuk menghadapi ujian nasional (UN) yang sebentar lagi akan jadi gawe besar Depdiknas.

Akibat ulah tak senonoh guru SS itu, lima korban yang masing-masing disebut An (12), In (11), Wn (12) , Ir (12), dan Lia (11), kini tertekan jiwanya. Aparat Kepolisian Resor Banjarnegara, Senin (14/4), meringkus dan menahan SS. Para orangtua korban dan beberapa guru SD Negeri Sikumpul 1, langsung dimintai keterangan.

Kepala Polres Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Ermayudi Sumarsono melalui Kepala Satuan Reserse Kriminal Ajun Komisaris A Sambodo, mengatakan, pihaknya masih terus memeriksa tersangka dan minta keterangan saksi. Untuk memperkuat dugaan tersebut, kelima korban akan divisum terlebih dulu.

“Kepada tersangka kami akan menjerat dengan Pasal 81 subsider Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Perbuatan tersangka sangat tidak layak dilakukan,” ujar Sambodo.

Menurut pengakuan para korban, perbuatan tersangka itu dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Semuanya terjadi saat mereka sedang mengikuti les mata pelajaran yang diasuh SS. Kegiatan les dilakukan tiap habis jam sekolah dan dilaksakan mulai Maret lalu. Setiap kali les, murid dipanggil satu per satu ke ruangan berbeda. Saat itulah, SS mencabuli murid-muridnya itu.

Para korban tak berani mengadu kepada siapa pun karena tersangka mengancam tidak akan memberi nilai ujian jika mereka menceritakan perbuatannya kepada orang lain.

Kasus ini terungkap dari kecurigaan Ny Mujito (45) terhadap perubahan perilaku putrinya, An, yang terlihat sering murung, ketakutan, tak mau makan, dan jalannya agak pincang. “Dia lalu saya tanya. Semula dia takut ngomong, tapi setelah saya desak dia mengaku tiga kali dilecehkan oleh gurunya itu. Setelah itu saya lapor ke RT,” tutur Ny Mujito.

Ternyata, hal serupa juga dialami empat korban lainnya. Para orangtua, keluarga, dan tetangga korban nyaris tak mampu menahan emosi. Mereka berusaha mencari tersangka yang juga tinggal di Sikumpul. Belum sempat ratusan orang itu menangkap SS beramai-ramai, polisi tiba dilokasi dan mengamankan SS.(HAN)

Sumbernya klik disini

BEIJING, JUMAT — Seorang kepala sekolah dasar di Provinsi Gansu, Luo Yanglin (48), menjalani hukuman mati pada Hari Guru Nasional China, Rabu (10/9).

Harian Lanzhou Morning Post edisi Kamis melaporkan, guru sekaligus kepala sekolah itu terbukti memerkosa dan melakukan pelecehan seksual atas 39 murid perempuan selama 18 tahun terakhir ini.

Pokoknya, ulah Luo tersebut jauh dari apa yang seharusnya dilakukan seorang guru. Entah mengapa, Luo melakukan itu kepada anak perempuan berusia 7 hingga 14 tahun. Dan, perbuatan bejat tersebut berlangsung saat dia ditugaskan sebagai guru dan kepala sekolah di tiga sekolah antara tahun 1988 dan 2006.

”Luo Yanglin sudah tak bermoral dan menggunakan posisinya sebagai guru dan kepala sekolah untuk memerkosa serta melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah murid perempuan. Beberapa murid itu bahkan beberapa kali diperlakukan tak semestinya,” demikian keputusan pengadilan.

Perbuatan Luo itu terungkap tahun 2006 saat dia menjadi kepala sekolah dasar di sebuah desa. Murid perempuan yang sudah tamat menggugat Luo. Salah seorang murid itu bahkan mengaku diperkosa hingga 10 kali antara tahun 1998 dan 1999. Mereka tidak berani melapor karena diancam. Polisi yang memeriksa kasus tersebut akhirnya mendapat pengakuan serupa dari 37 murid perempuan yang lain atas ulah bejat Luo itu.

Aksi tersebut bisa terjadi setelah murid-murid perempuan itu dibujuk ke kantor Luo seusai jam sekolah, dengan alasan harus membuat pekerjaan rumah atau lainnya. Korban Luo bisa lebih banyak karena umumnya korban trauma jika memberikan kesaksian. Luo pantas menerima hukuman.

Sumbernya klik disini

BANJARBARU, JUMAT — Seorang guru yang mengajar mata pelajaran biologi dan bahasa Indonesia di sebuah pondok pesantren di Banjarbaru, Kalsel, ditangkap polisi. Hariyanto dilaporkan warga setempat karena telah memerkosa Bunga (nama samaran) yang tidak lain adalah muridnya sendiri.

Peristiwa memalukan dan mencoreng nama baik profesi ustadz dan ponpes di Kecamatan Sambung Makmur, Banjarbaru, Kalsel, tersebut dilakukan Hariyanto di asrama kompleks pesantren, Selasa (12/8) sekitar pukul 12.30 Wita.

Siang itu, selesai mengikuti pelajaran di sekolahnya, Bunga yang merupakan santri kelas III Madrasah Aliyah kebetulan berada di dekat asrama guru dan mengobrol dengan seorang guru di dekat kamar Hariyanto.

Karena sudah lama menaruh hati dan mengaku berpacaran dengan korban, niat jahat Hariyanto pun muncul saat mengetahui korban yang telah ditunangkan dengan orang lain itu berada di dekat kamar tidurnya.

Ketika guru yang mengobrol dengan Bunga masuk ruangan, Hariyanto langsung menarik tangan korban dan menggiringnya masuk ke kamarnya. Di dalam kamar itulah Hariyanto melampiaskan nafsunya dengan memaksa Bunga melayaninya. Meski sekuat tenaga meronta dan melawan, Bunga tak mampu mempertahankan kegadisannya yang direnggut secara paksa oleh gurunya sendiri.

Tak terima dengan perlakuan gurunya itu, keluarga Bunga melaporkan Hariyanto ke Mapolsek Sambung Makmur. Sore itu juga, pelaku ditangkap saat sedang menonton pertandingan bola voli di kecamatan setempat.

Persoalan belum berakhir sampai di situ. Saat pelaku diamankan di Mapolsek setempat, keluarga korban yang geram bermaksud membuat perhitungan. Melihat kondisi tersebut, Mapolsek setempat terpaksa menitipkan Hariyanto ke Mapolres Banjar. Sekitar pukul 01.00, Rabu (13/8) dini hari, Satreskrim Polres Banjar berangkat ke mapolsek untuk menjemput pelaku dan mengamankan di Mapolres Banjar, Martapura.

Kapolres Banjar AKBP Iswahyudi yang dikonfirmasi melalui Kapolsek Sambung Makmur Ipda Eddy Rahmat, Jumat (15/8), membenarkan peristiwa itu. “Tersangka sebelumnya kita tahan di Mapolsek, tapi karena pertimbangan keamanan Hariyanto kita titipkan di Mapolres Banjar. Korban saat ini masih dalam kondisi syok,” ujarnya.

Berdasarkan hasil visum, kata Iswahyudi, telah terjadi perkosaan terhadap korban.

Berharap Dinikahkan

Meski mengaku menyesal dengan perbuatannya, Hariyanto memiliki harapan, yakni dinikahkan dengan Bunga. Namun, prediksi lelaki kelahiran Banyuwangi yang baru sebulan menetap di Sambung Makmur itu seratus persen meleset. Keluarga Bunga justru melaporkan pelaku ke Mapolsek. Bukannya pelaminan yang didapat, tapi jeruji besi yang kini dinikmati pelaku.

“Menyesal Pak. Nyamannya sebentar, tapi saya harus mempertanggungjawabkan perbuatan saya selama bertahun-tahun,” ujarnya saat ditemui di Mapolres Banjar, Jumat (15/8).

Kepada petugas, pelaku mengaku dirinya sudah lama memendam rasa suka kepada korban. Bahkan, lelaki yang sehari-harinya mengajar bahasa Indonesia dan biologi itu mengaku sudah pacaran dengan korban.

“Saya mengungkapkan rasa cinta saya sekitar setengah bulan lalu dan dia (Bunga) menerimanya. Tapi, sekitar seminggu lalu dia bertunangan dengan orang lain,” katanya.

Kepala Hariyanto terus menunduk dan jemarinya sibuk memainkan karet berwarna merah seukuran pentol korek yang diambilnya di lantai. (ofy)

Sumbernya klik disini

Sumenep – Seorang guru agama berstatus pegawai negeri sipil (PNS) Busairi (51) warga Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi, Sumenep, Madura diduga berbuat cabul. Duh..!

Busairi diduga melakukan pencabulan terhadap 8 murid dengan cara memasukkan jari tangannya ke kemaluan. Perbuatan bejat itu dilakukan di kamar mandi sekolah waktu istirahat. Kini tersangka pun diringkus polisi.

Perbuatan yang menggegerkan lingkungan SDN Saronggi I Sumenep itu baru terkuak, setelah salah seorang siswi mengalami sakit kemaluannya hingga tak mampu berjalan dengan normal.

Setelah diinterogasi oleh orang tuanya, korban pun menceritakan kejadian yang sering dilakukan guru agama di sekolahnya. Tak terima dengan perlakuan gurunya, spontan orangtua korban dan wali murid lainnya mendatangi rumah tersangka.

Cek cok dan keributan terjadi di rumah tersangka tak dapat terhindarkan. Wali murid dan warga sekitar terlihat beringas dan hendak menghajar sang guru. Beruntung keributan itu dapat dilerai oleh petugas kepolisian dan anggota koramil setempat.

Salah seorang warga setempat, Rafik (29) mengatakan, saat warga melakukan penggerebekan, guru agama yang diduga kuat pelaku pencabulan nyaris dihakimi massa.

“Saat massa daatang, tersangka lari lewat pintu belakang. Lalu, massa dikendalikan aparat keamanan dari polsek dan koramil,” ujar Rafik kepada detiksurabaya.com di rumahnya Desa Tanah Merah, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Minggu (24/8/2008).

Dengan terungkapnya salah satu korban pencabulan, beruntun korban siswi lainnya mengaku. Para wali murid pun kompak melaporkan kepada penyidik Polres Sumenep.

Kasat Reskrim Polres Sumenep, AKP Mualimin membenarkan jika ada kasus pencabulan yang diakukan seorang PNS pada anak usia dini. “Kasus pencabulan itu dalam proses penyidikan,” kata Mualimin dihubungi wartawan.

Dari 8 korban pencabulan, 2 diantaranya, SP (9) dan SA (8) sedang dimintai keterangan oleh penyidik polres Sumenep. Sedangkan korban lainnya masih menjalani visum di RS dr Moh Anwar Sumenep, Jalan dr Cipto.

Sementara tersangka kini diamankan di hotel prodeo Polres Sumenep untuk menjalani pemeriksaan.(fat/fat)

Sumbernya klik disini