BANJARNEGARA, SELASA- Perbuatan SS (38), guru SD Negeri Sikumpul 1, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, ini sungguh tidak patut. Beberapa kali pria yang masih membujang ini mencabuli muridnya. Tidak hanya satu orang, tetapi lima orang!

Lebih tidak patut lagi, perbuatan itu dilakukan SS saat para korban yang notabene adalah anak-anak didiknya sendiri itu sedang mengikuti pelajaran tambahan alias les untuk menghadapi ujian nasional (UN) yang sebentar lagi akan jadi gawe besar Depdiknas.

Akibat ulah tak senonoh guru SS itu, lima korban yang masing-masing disebut An (12), In (11), Wn (12) , Ir (12), dan Lia (11), kini tertekan jiwanya. Aparat Kepolisian Resor Banjarnegara, Senin (14/4), meringkus dan menahan SS. Para orangtua korban dan beberapa guru SD Negeri Sikumpul 1, langsung dimintai keterangan.

Kepala Polres Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Ermayudi Sumarsono melalui Kepala Satuan Reserse Kriminal Ajun Komisaris A Sambodo, mengatakan, pihaknya masih terus memeriksa tersangka dan minta keterangan saksi. Untuk memperkuat dugaan tersebut, kelima korban akan divisum terlebih dulu.

“Kepada tersangka kami akan menjerat dengan Pasal 81 subsider Pasal 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Perbuatan tersangka sangat tidak layak dilakukan,” ujar Sambodo.

Menurut pengakuan para korban, perbuatan tersangka itu dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Semuanya terjadi saat mereka sedang mengikuti les mata pelajaran yang diasuh SS. Kegiatan les dilakukan tiap habis jam sekolah dan dilaksakan mulai Maret lalu. Setiap kali les, murid dipanggil satu per satu ke ruangan berbeda. Saat itulah, SS mencabuli murid-muridnya itu.

Para korban tak berani mengadu kepada siapa pun karena tersangka mengancam tidak akan memberi nilai ujian jika mereka menceritakan perbuatannya kepada orang lain.

Kasus ini terungkap dari kecurigaan Ny Mujito (45) terhadap perubahan perilaku putrinya, An, yang terlihat sering murung, ketakutan, tak mau makan, dan jalannya agak pincang. “Dia lalu saya tanya. Semula dia takut ngomong, tapi setelah saya desak dia mengaku tiga kali dilecehkan oleh gurunya itu. Setelah itu saya lapor ke RT,” tutur Ny Mujito.

Ternyata, hal serupa juga dialami empat korban lainnya. Para orangtua, keluarga, dan tetangga korban nyaris tak mampu menahan emosi. Mereka berusaha mencari tersangka yang juga tinggal di Sikumpul. Belum sempat ratusan orang itu menangkap SS beramai-ramai, polisi tiba dilokasi dan mengamankan SS.(HAN)

Sumbernya klik disini

SEOUL, JUMAT – Komisi pendidikan parlemen Korea Selatan marah kepada departemen pendidikan negara itu menyusul laporan pelecehan seksual massal terhadap siswi SD oleh siswa pria.

Temuan menggegerkan itu terjadi di kota Daegu, sebelah tenggara Korsel. Orangtua siswa terguncang dan marah akibat pelecehan seksual yang diduga dipengaruhi pornografi dari internet.

Namun, pengelola sekolah mendiamkan persoalan ini selama berbulan-bulan. Kelompok orangtua memilih membentuk tim untuk mencari kebenaran. Menurut laporan kantor berita Yonhap, mengutip tim orangtua, Rabu (30/4), perkosaan massal di sebuah SD di Daegu melibatkan lebih dari 100 siswa, baik korban maupun pelaku.

Para siswa yang terlibat itu berusia 7 hingga 12 tahun. Para pelaku memaksa teman-teman perempuannya melakukan adegan seperti yang mereka lihat di internet atau televisi. Anak-anak yang lebih muda akan dipukul bila menolak terlibat.

Menurut para orangtua siswa, sekolah telah gagal mencegah atau bertindak semestinya meski tahu di sekolah itu terjadi penyerangan seksual. Untuk mencegah pelecehan terus berlangsung, sekolah hanya memberi nasihat kepada para pelaku, bukan menghukum mereka.

Polisi, awal pekan ini, telah memeriksa 11 siswa laki-laki, dan sebagian besar dari mereka mengaku telah melecehkan sedikitnya delapan siswa perempuan. Tiga di antara mereka telah ditahan, Jumat (2/4). Tak satu pun dari mereka yang dijebloskan ke penjara karena masih berusia di bawah 15 tahun, tetapi mereka diawasi polisi sampai beberapa tahun ke depan.

Komisi pendidikan minta kementerian pendidikan bertanggung jawab atas kejadian itu. Anggota komisi dari Partai Nasional Besar, Joo Ho-young, menyayangkan kementerian pendidikan tidak mengetahui kasus ini sejak awal. “Sangat memprihatinkan mengingat kementerian itu belum menyusun rencana fundamental untuk menghalangi akses anak-anak itu pada materi pornografi, serta program yang komprehensif untuk memberikan pendidikan seks yang layak untuk mereka,” kata Joo.

Yo Ki-hong, anggota parlemen oposisi dari Partai Demokratik Bersatu, sepakat dengan Joo, dan menyebut langkah kementerian pendidikan yang dilaporkan ke parlemen, Jumat (2/5), itu dianggap langkah sementara. Langkah-langkah yang dilaporkan itu antara lain memasang kamera CCTV di sudut-sudut sekolah dan membekali siswa dengan peluit. “Ini sulit dipandang sebagai langkah antisipasi yang layak. Harus ada rencana untuk mencegah anak-anak itu membangun pandangan keliru tentang seks dan mendidik para pelaku anak-anak itu dengan keras,” kata Yo.

Menteri Pendidikan Kim Do-yeon berjanji segera menyampaikan rencana yang lebih baik, antara lain mewajibkan sekolah memberikan pendidikan yang lebih baik. “Saya juga akan mengupayakan kerja sama dengan kementerian lain untuk mencegah kejadian ini terulang di masa depan,” kata Kim.

Sumbernya klik disini

BANJARBARU, JUMAT — Seorang guru yang mengajar mata pelajaran biologi dan bahasa Indonesia di sebuah pondok pesantren di Banjarbaru, Kalsel, ditangkap polisi. Hariyanto dilaporkan warga setempat karena telah memerkosa Bunga (nama samaran) yang tidak lain adalah muridnya sendiri.

Peristiwa memalukan dan mencoreng nama baik profesi ustadz dan ponpes di Kecamatan Sambung Makmur, Banjarbaru, Kalsel, tersebut dilakukan Hariyanto di asrama kompleks pesantren, Selasa (12/8) sekitar pukul 12.30 Wita.

Siang itu, selesai mengikuti pelajaran di sekolahnya, Bunga yang merupakan santri kelas III Madrasah Aliyah kebetulan berada di dekat asrama guru dan mengobrol dengan seorang guru di dekat kamar Hariyanto.

Karena sudah lama menaruh hati dan mengaku berpacaran dengan korban, niat jahat Hariyanto pun muncul saat mengetahui korban yang telah ditunangkan dengan orang lain itu berada di dekat kamar tidurnya.

Ketika guru yang mengobrol dengan Bunga masuk ruangan, Hariyanto langsung menarik tangan korban dan menggiringnya masuk ke kamarnya. Di dalam kamar itulah Hariyanto melampiaskan nafsunya dengan memaksa Bunga melayaninya. Meski sekuat tenaga meronta dan melawan, Bunga tak mampu mempertahankan kegadisannya yang direnggut secara paksa oleh gurunya sendiri.

Tak terima dengan perlakuan gurunya itu, keluarga Bunga melaporkan Hariyanto ke Mapolsek Sambung Makmur. Sore itu juga, pelaku ditangkap saat sedang menonton pertandingan bola voli di kecamatan setempat.

Persoalan belum berakhir sampai di situ. Saat pelaku diamankan di Mapolsek setempat, keluarga korban yang geram bermaksud membuat perhitungan. Melihat kondisi tersebut, Mapolsek setempat terpaksa menitipkan Hariyanto ke Mapolres Banjar. Sekitar pukul 01.00, Rabu (13/8) dini hari, Satreskrim Polres Banjar berangkat ke mapolsek untuk menjemput pelaku dan mengamankan di Mapolres Banjar, Martapura.

Kapolres Banjar AKBP Iswahyudi yang dikonfirmasi melalui Kapolsek Sambung Makmur Ipda Eddy Rahmat, Jumat (15/8), membenarkan peristiwa itu. “Tersangka sebelumnya kita tahan di Mapolsek, tapi karena pertimbangan keamanan Hariyanto kita titipkan di Mapolres Banjar. Korban saat ini masih dalam kondisi syok,” ujarnya.

Berdasarkan hasil visum, kata Iswahyudi, telah terjadi perkosaan terhadap korban.

Berharap Dinikahkan

Meski mengaku menyesal dengan perbuatannya, Hariyanto memiliki harapan, yakni dinikahkan dengan Bunga. Namun, prediksi lelaki kelahiran Banyuwangi yang baru sebulan menetap di Sambung Makmur itu seratus persen meleset. Keluarga Bunga justru melaporkan pelaku ke Mapolsek. Bukannya pelaminan yang didapat, tapi jeruji besi yang kini dinikmati pelaku.

“Menyesal Pak. Nyamannya sebentar, tapi saya harus mempertanggungjawabkan perbuatan saya selama bertahun-tahun,” ujarnya saat ditemui di Mapolres Banjar, Jumat (15/8).

Kepada petugas, pelaku mengaku dirinya sudah lama memendam rasa suka kepada korban. Bahkan, lelaki yang sehari-harinya mengajar bahasa Indonesia dan biologi itu mengaku sudah pacaran dengan korban.

“Saya mengungkapkan rasa cinta saya sekitar setengah bulan lalu dan dia (Bunga) menerimanya. Tapi, sekitar seminggu lalu dia bertunangan dengan orang lain,” katanya.

Kepala Hariyanto terus menunduk dan jemarinya sibuk memainkan karet berwarna merah seukuran pentol korek yang diambilnya di lantai. (ofy)

Sumbernya klik disini